selamat datang anda memasuki zona arsel community. komunitas pemuda se-desa air selumar, hasil yang kami lakukan, bukan apa yang akan kami dapatkan. Tapi apa yang dengan ikhlas dapat kami lakukan - Basecamp : desa Air Selumar Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. email : arsel@inmail24.com

Sabtu, 07 November 2009

SAKSI BISU DI TEPIAN ZAMAN

Bukan suatu hal yang aneh jika anda melihat pulau Belitung dari atas pesawat, banyak terdapat lubang-lubang bak muka perawan yang terkena penyakit cacar. Yaah…itulah wajah pulau Belitung secara keseluruhan dimana aktivitas penambangan timah sudah sedemikian membumi. Sektor panambangan timah pada saat ini masih menjadi primadona untuk mendongkrak pendapatan masyarakat yang berujung pada peningkatan ekonomi Belitung pada umumnya. Belum adanya solusi yang jitu untuk mengalihkan pola pertambangan ke perkebunan atau pola yang lainnya. Belum terakomodirnya pemerataan dan peluang lapangan pekerjaan menjadi salah satu penyebab aktivitas penambangan timah di Belitung, masih menjadi pilihan masyarakat.
Penambangan timah di desa Air Selumar pada zaman Belanda terpusat di daerah Tikus (begitu masyarakat desa Air Selumar menyebutnya.red) . areal Tikus adalah eks komplek lokasi penambangan dan pusat pemerintahan Belanda yang dibangun pada tahun 1915, yang bisa dibuktikan dengan tulisan “anno 1915” disalah satu bangunan di areal tersebut. Jalan kereta api dibangun dari pusat penambangan ke dermaga laut atau bum batu , guna memperlancar arus mobilitas pengangkutan biji timah ke kapal, yang pada saat ini masih bisa dilihat bekas jalan kerepa api tersebut. Namun babak baru sejarah mulainya ekplorasi timah di pulau Belitung sudah dimulai sejak pemerintahan Depati Cakraninggrat ke VIII. Pada saat ini semua bangunan tersebut hanya menjadi saksi bisu, sejarah kelam eksplorasi penambangan timah di desa Air Selumar, yang hanya tercatat dipinggiran tembok sejarah sistem kolonialisme dan feodalisme bangsa ini.
Dengan diangkat dan diakuinya KA Rahad sebagai Depati maka dimulailah babak baru taktik Belanda untuk mencari dan menambang timah di Belitung serta mengamankan seluruh perairan laut Belitung dari ancaman lanun, dan masa ini juga seluruh pulau-pulau sekitar Belitung di kuasai oleh Depati KA Rahad. Setelah Kesultanan Palembang jatuh kepada Inggris tahun 1812 kemudian diserahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda tanggal 20 pebruari 1817. Tetapi Belitung baru diduduki Belanda pada 21 Oktober 1821, itu pun dengan perantara pasukan palembang yang di pimpin oleh Syarif Mohammad guna menyingkirkan para bajak laut atau Lanun yang berkuasa di seputar perairan wilayah Belitong, Setelah aman maka pada tahun 1822 mendaratlah Kapten De la Motte dengan seratus serdadunya di Tanjoeng Goenoeng. Belanda kemudian mengirim tim ekspedidi ke Belitong yang dipimpin oleh Kolonel PC Riedel. Untuk membujuk dan mengajak KA Rahad untuk berunding. KA Rahad pada saat itu sebagai seorang Depati Cakraninggrat ke VIII. Yang dinobatkan pada 1 Juli1838.De la Motte mendapat perlawanan dari pasukan KA Rahad dengan panglima perang adik sepupunya sendiri yaitu KA Jalil hingga De la Motte menyingkir ke bukit Tanjung Pendam dengan bantuan orang-orang Cina De la Motte membangun benteng di situ dengan bantuan orang-orang Cina (Orang-orang Cina yang bekerja menambang timah pada Depati KA Hatam dan setelah KA Hatam meninggal Parit-parit timah terlantar dan orang-orang Cina mulai diperkenankan membuka pemukiman di tepi Sungai Aik Seburik, pemukiman Cina ini menjadi penyangga antara Belanda dan Depati dengan demikian orang-orang Cina dapat leluasa hidup dalam dua wilayah kekuasaan) sedangkan benteng Tanjoeng Goenoeng dapat di Kuasai KA Rahad dan kemudian KA Rahad mendirikan tempat tinggalnya, dan inilah awal Kota Tanjung Pandan di buka oleh KA Rahad (Eks Kantor polisi lama Tanjung Pandan).data dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar